Rabu, 22 Juli 2009

Inferil Bisa Terjadi Pada Laki-Laki


(oleh dr.Sas Alwafi) Donatur LMI Cab.Blitar



Sering kali kita menjumpai pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan telah melakukan hubungan badan sabagaimana layaknya tanpa alat kontrasepsi mengalami kesulitan untuk memperoleh anak. Dalam istilah kedokteran keadaan ini disebut infertil (ketidaksuburan). Dalam penelitian yang pernah dipublikasikan angka kejadian infertile mencapai 15 % dari seluruh pasangan. Di masa lalu kejadian ini dianggap identik dengan ketidaksuburan wanita, namun hal ini tidak sepenuhnya benar sebab 40% pasangan infertil terdiri atas pria.
Untuk mengetahui penyebab ketidaksuburan suatu pasangan, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada laki-laki terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena pemeriksaan pada wanita lebih invasive (menimbulkan trauma jaringan). Pemeriksaan yang dilaukan adalah analisa semen yang merupakan tes utama pada kasus infertilitas pada laki-laki. Hasil yang bisa dipoeroleh dari analisa semen adalah; volume, kekentalan, tingkat keasaman (PH), warna, konsentrasi, peregerakan dan bentuk sperma. Adapun parameter semen yang normal menurut WHO adalah; volume 1,5 sampai 5 ml, kepadatan seper
Ma lebih dari 20 juta seperma tiap ml, pergerakan (motilitas) lebih dari 50 % marfologi normal sperma lebih dari 30 %. Sel darah putih 0-5.
Infertil dapat disebabkan oleh ; infeksi saluran kemih, penyakit menular sexual, kelainan buah zakar tidak turun (undescensus testicle), hernia scrotalis (hernia yang masuk kantung buah zakar) varikokel (peleburan pembuluh darah balik (vena) pada kantung zakar), hipo/epispadia (kelainan letak lubang kancing), kangker buah zakar, impoten, terpapar panas, mandi air panas, rokok, usia, dan faktor keturunan.
Penyebab infertil ada yang dapat diperbaiki dan ada pula yang tidak dapat diperbaiki. Penyaklit karena infeksi ( infeksi saluran kemih, penyekit menular sexual, peradangan prostat) diatasi dengan pemberian antibiotic dan menghindari tertular. Buah zakar tidak turun, hernia skrotalis, varikokel, bisa dilakukan pembedahan. Pada buah zakar yang tidak turun tindakan bedah sebaiknya dilakukan pada tahun pertama kehidupan, karena kemunduran (degenerasi) dan gangguan perkembangan sel benih (dysplasia germ cell) dimulai sejak bayi usia dini. Pada varikokel pembedahan (repair=operasi) dilakukan pada pasangan infertil yang wanitanya normal dan laki-lakinya memiliki satu atau lebih perameter analisa semen abnormal. Tingkat perbaikan semen mencapai 70 % dan kemapuan kehamilan mencapai 60% pada dua tahun pertama setelah operasi. Bahkan pada kasus terburuk yang tidak ada harapan untuk dilakukan “bayi tabung” kerena tidak memiliki sperma atau tidak ada sperma yang bergerak (motil), pembedahan menberikan harapan perbaikan jumlah sperma atau pergerakannya.
Sedangkan impoten dapat disebabkan penyakit antara lain kencing manis dan darah tinggi. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan obat dan gaya hidup sehat (diet dan olahraga). Sedangkan kondisi terpapar panas (misalnya memakai celana ketat) dan mandi air panas perlu dihindari kerena akan mengganggu produksi sperma. Disamping perlunya menghindari minuman alkohol dan rokok, tercukupinya kebutuhan vitamin C dapat berguna untuk mengimbangi radikal bebas pada rokok.
Sementara itu faktor usia dan keturunan merupakan hal yang tidak dapat diperbaiki. Namun masih tetap ada harapan untuk memperoleh keturunan dengan adanya teknologi “bayi tabung” (IVF=In Vitro Fertilization). Teknik ini dilakukan pada pasangan yang gagal memperoleh keturunan dengan terapi kasus (operasi, pengobatan, gaya hidup dan lain-lain) dan pada laki-laki yang analisa semennya normal (tanpa adanya masalah ketidaksuburan pada pihak wanita) tapi masih belum memiliki anak. Bahkan perkembangan teknologi bayi tabung saat ini sudah mampu melakukan teknik yang dinamakan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) dimana sperma disuntikan ke dalam sytoplasma sel telur. Pada ICSI ini hanya dibutuhkan satu sperma hidup untuk membuahi sel telur sehingga laki-laki yang memiliki sedikit spermapun mampu menjadi seorang ayah. Namun, tingkat keberhasilan teknik ini hanya berkisar 30%. Semua kembali pada Allah SWT Tuhan yang maha menciptakan. Walaahu a’lam.

Senin, 13 Juli 2009

TUJUH (7) KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF

Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif

Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik - kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas - dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir

Segalanya diciptakan dua kali - pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.

Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama

Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.

Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang

Berpikir menang/menang adalah cara berpikir. Yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan - "kue" yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah - ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang) . Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung - dengan istilah "kita", bukannya "aku". Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami

Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga - bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ?), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).

Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji

Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah.
Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.
Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru.
Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.

Rekening Bank Emosional

Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.

Paradigma

Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.

Referensi: Diambil dari ringkasan buku 7 Habits


Suwun.. TUJUH (7) KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF

Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif

Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik - kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas - dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir

Segalanya diciptakan dua kali - pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.

Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama

Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.

Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang

Berpikir menang/menang adalah cara berpikir. Yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan - "kue" yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah - ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang) . Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung - dengan istilah "kita", bukannya "aku". Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami

Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga - bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ?), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).

Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji

Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah.
Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.
Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru.
Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.

Rekening Bank Emosional

Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.

Paradigma

Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.

Referensi: Diambil dari ringkasan buku 7 Habits
tulisannya kang 'Ibnu Siswanto"


Suwun..

Rabu, 24 Juni 2009

Panduan Zakat Propesi

Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi bila telah mencapai nishab.Dengan Ketentuan :
1. Mencapai nishab 5 wasaq / 652,8 kg gabah setara 520 kg (qiyas hasil tanaman)
atau 85 gram emas dalam setahun (qiyas pada emas)
2. Besar zakat 2,5 %
3. Kaidah menghitung zakat profesi
a. Dari pendapatan kasar Besar Zakat Profesi = Pendapatan total x 2,5 %
b. Dari pendapatan bersih (netto) Besar Zakat Profesi = ( Pendapatan total-Pengeluaran Perbulan ) x 2,5 %
Pengeluaran per bulan adalah pengeluaran kebutuhan primer (sandang, pangan, papan ).
Menurut Yusuf Qorodhowi, sangat dianjurkan untuk menghitung zakat dari pendapatan kasar (brutto), untuk lebih menjaga kehati-hatian.
Contoh:
Jumlah Gaji bersih Zaki perbulan Rp.2.500.000,-. karena jumlah tersebut telah mencapai nisab (520 Kg beras X Rp. 4.500,-asumsi)=Rp.2.340.000,-. Maka zakat yang harus dikeluarkan Rp.2.500.000,- X 2.5 %= Rp 62.500,-

Senin, 22 Juni 2009

Ambulan SEHATI


Alhamdulillah atas ijin Allah dan berkat dana dari donatur semua, LMI cabang Blitar telah memiliki satu buah mobil Layanan SEHATI (Sehat Ibu dan Buah Hati), berupa ambulan gratis bagi para duafa.

Jenis layanan yang diberikan melalui program ini adalah (1). Antar jemput Persalinan (2). Pemeriksaan Ibu Hamil Secara Berkala dan (3). Rujukan Ke Rumah Sakit.

Tingkat kebutuhan masyarakat akan layanan ini sangat besar, terbukti dengan banyaknya permintaan masyarakat yang langsung menghubungi LMI cabang Blitar. Namun besarnya permintaan masyarakat ini tidak semuanya dapat kami layani, karena terkendala biaya operasional kendaraan dan ketersediaan drivar yang belum pul day.

Untuk terus bisa melayai masyarakat kami senatiasa berusaha menghimpun dana donatur untuk di poskan program ini. dan kami sangat mengharapkan bertambahnya donatur baru untuk program ini sehingga harapanya Ambulance ini bisa terus melayani masyarakat duafa yang membutuhkan selama 24 jam.

Bergabunglah menjadi donatur LMI melalui program SEHATI, mari bantu ibu hamil mendapatkan pelayanan program SEHATI bersama LMI...Insya Allah ...BISA....

Suasana Pembinaan Mental Spiritual Anak Asuh LMI

Program santuanan dan beasiswa yang diberikan LMI setiap bulan sekali, tidak hanya sebatas perberian material (uang beasiswa) semata, namum lebih dari itu LMI menformat acara pemberian santunan dan beasiswa kepada anak asuh ini dengan pembinaan mental dan spiritual anak.
Setiap anak penerima santunan dan beasiswa PINTAR di haruskan datang ke kator LMI setiap pekan pertama untuk setiap bulannya.
Acara diawali dengan pengisian presensi oleh anak asuh dan penerima beasiswa untuk mengetahui tinggkat kehadiran anak asuh. Kemudian mereka dikelompokkan sesuai jenjang pendidikannya, misalnya TK, SD, SMP dan SMA. Tujuan pengelompokan ini adalah agar dalam pemberian materi pembinaan sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing anak. Tiap kelompok dipandu oleh seorang pemandu dari Kru LMI. Untuk orang tua yang mengantar juga diberikan pembinaan berupa kajian yang diberiakan langsung oleh Direktur LMI cabang Blitar, Bapak Abdul Hafidh, SE. Selain mendapatkan pembinaan para anak asuh juga diminta menyampaikan prestasinya di sekolah, sehingga Beasiswa yang diberikan benar-benar digunakan untuk kegiatan belajar mereka.
Setelah acara pembinaan selesai baru mereka menerima uang santunan dan beasiswa sesuai dengan peruntukannya masing-masing. Pancaran kebahagiaan terpancar dari raut wajah-wajah mereka, semoga kebahgiaan mereka, menghasilkan pahala yang besar untuk para donatur yang telah menginfaqkan hartanya buat mereka. amin...

Profil Anak Asuh LMI Cab. Blitar

Salah satu program LMI adalah Program PINTAR (Pendidikan Untuk Anak Terlantar) yang mencakup 4 sub program yaitu; Rumah Pintar, Beasiswa Pintar, Guru Pintar dan layanan Mobil Pintar.

Program PINTAR yang sudah berjalan adalah pemberian Beasiswa Pintar. Bentuk kegiatannya adalah pemberian beasiswa/subsidi biaya pendidikan kepada siswa TK, SD, SMP, dan SMA dari keluarga yatim dan dhu'afa' (tidak mampu). Selain mendapat beasiswa mereka juga memperoleh pembinaan moral dan spiritual.

Jumlah anak asuh yang disantuni melalui beasiswa Pintar ini berjumlah 56 orang, dengan nominal antara; Rp 25.000,-, Rp.30.000,-,Rp.40.000,- dan Rp50.000,- perbulan, sehingga total beasiswa untuk setiap bulannya mencapai Rp.2.300.000,-. Anak-anak asuh dikumpulkan setiap bulan sekali pada hari minggu pertama di kantor LMI, selain untuk pembagian beasiswa, mereka juga mendapatkan pembinaan mental spiritual serta kontrol prestasi mereka di sekolah.

Dalam waktu dekat LMI cabang Blitar akan melaunchingkan Sub program Rumah Pintar, untuk membekali anak yatim dan anak-anak terlantar dengan keahlian dan keterampilan sehingga targetnya mereka bisa hidup mandiri. Semoga dengan partisipasi para donatur program ini akan segera terwujud. Amin

Profil LMI

SEJARAH
Bermula dari gagasan alumnus STAN-PRODIP (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Program Diploma) KEUANGAN Jakarta yang bekerja sebagai pegawai di lingkungan Departemen Keuangan dan BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan) di wilayah Jawa Timur yang melihat perlunya pembentukan suatu lembaga formal yang dapat memberikan solusi terpadu tentang masalah ekonomi dan sosial di kalangan ummat Islam khususnya di Jawa Timur. Problem yang mendesak adalah perlunya suatu lembaga yang mengakumulasi potensi Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS) dan selanjutnya melakukan pendistribusian dan pengelolaan secara tepat. Maka pada 17 September 1994 bertempat di Turen, Malang para alumni sepakat untuk membentuk sebuah lembaga yang bernama Yayasan Lembaga Manajemen Infaq Ukhuwah Islamiyah atau disingkat (LMI-UI) yang kemudian sekarang lebih dikenal dengan nama LMI ( Lembaga Manajemen Infaq).

Ada delapan personil yang terlibat dalam pertemuan di Turen, Malang diantaranya Agus Supartono, Muhammad Razikun, Helmy Afrul, Achmad Subagyo, Chandra Hadi, Achmad Fauzi, Agung Mediawan, dan Taridi.

LMI berdiri sebagai sebuah Yayasan Sosial yang tercatat dengan Akta Notaris Abdurachim, S.H., No.11, tanggal 4 April 1995 dengan nama Yayasan Lembaga Manajemen Infaq Ukhuwah Islamiyah. Dan kini, dengan SK gubernur No 451/1701/032/2005, Lembaga Manajemen Infaq (LMI) disahkan sebagai LAZ propinsi Jawa Timur.

Terus Berkembang

LMI mempunyai kegiatan utama menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) serta berusaha menciptakan iklim dan sarana bagi berkembangnya ekonomi dan sosial ummat Islam.

Awalnya Pusat Kegiatan LMI pertama kali berada di jalan Pucang Anom Timur No Surabaya kemudian sejak tahun 1997 pindah ke Jalan Gubeng Jaya I/41A Surabaya Telp. (031) 503 8567 sampai tahun 2005. Setelah itu LMI mempunyai sekretariat di Jalan Nginden Intan Raya No 12 Telp. (031) 5998484 Fax (031) 5920299 sampai dengan sekarang.Kini, LMI telah berkembang dengan 18 cabang yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Dengan sejumlah program yang unik dan kreatif, LMI semakin menunjukkan perannya dalam pemberdayaan masyarakat.

Demikian juga dengan sisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang terus bertambah. Berawal dari hanya 1 (satu) orang SDM yang diberi amanah untuk fokus sebagai pengelola lembaga. Pada tahun 2000 struktur kepengurusan LMI dirubah dengan menambahkan Dewan Pengurus dan Dewan Direksi. LMI mengangkat Firnawan Hendrayanto sebagai Direktur Harian pertama kali bulan Juli tahun 2002 dengan masa kerja sampai bulan Desember 2002. Kemudian pada bulan April 2003 mengangkat Agus Fathony sebagai direktur LMI yang kedua. Beliau bertugas sebagai direktur LMI selama 1 (satu) bulan. Kemudian pada bulan Mei 2003 Dewan Pengurus mengangkat Nurkholik sebagai direktur LMI yang baru dengan masa kerja sampai dengan bulan Desember 2004. Bulan Januari 2005 mengangkat Joko Erwanto sebagai direktur baru LMI. Beliau menjabat sebagai direktur LMI sampai bulan April 2006. Dalam rentang waktu bulan Mei 2006 sampai dengan bulan Februari 2007 Dewan Pengurus mengangkat Agung Wijayanto sebagai Pjs Direktur LMI. Kemudian pada bulan Maret 2007 Dewan Pengurus mengangkat Sigit Prasetya sebagai direktur LMI sampai bulan September 2008. Dan di bulan Oktober 2008 Direktur LMI dipegang oleh Wahyu Novyan, S.Sos, sampai sekarang. Kini, seiring dengan perjalanan waktu, SDM LMI menjadi 113 orang di seluruh Jawa Timur. Jumlah ini belum termasuk relawan dengan semua tingkatan.

Kemudian, pada Rapat Kerja 2008 lalu, LMI memamantapkan diri dengan tampil sebagai lembaga dana sosial yang tidak hanya mengelola dana ZIS, namun juga termasuk wakaf, hibah dan dana sosial lainnya. Diharapkan dengan adanya pengembangan ini, LMI semakin kokoh dalam mengarus utamakan ZISWAF dan menjadi semakin mengakar di level lokal dan nasional.

Ibarat padi, LMI semakin berisi semakin menunduk, makin tua, makin bijaksana. LMI pun mencaoba semakin peduli kepada masyarakat tak berpunya melalui program-program pemberdayaanya. Impian akan Indonesia sejahtera pun semoga bisa direalisasikan.
Dilubuk hati , Diujung pikiran. Peduli Untuk Berbagi, Siapapun Kita Menyimpan Energi. Peduli Untuk Berbagi.

VISI 2010

Menjadi lembaga dana sosial yang mengakar di Jawa Timur dan berperan di tingkat nasional serta menjadi pelopor dalam mengarusutamakan, menghimpun dan mendayagunakan zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan dana sosial lainnya untuk pemberdayaan ummat.

MISI
  1. Mengarusutamakan zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan dana sosial lainnya sebagai sumberdaya pemberdayaan ummat, melalui sosialisasi dan pendidikan publik;

  2. Menghimpun zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan dana sosial lainnya secara profesional, transparan, akuntabel;

  3. Mendayagunakan zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah dan dana sosial lainnya secara tepat sasaran dan mengedepankan kemitraan profesional;

  4. Melayani para pemangku kepentingan secara baik dan tepat melalui peningkatan terus menerus tata kelola kelembagaan, penguatan budaya kepedulian, learning & growth , kekokohan proses internal, dan in-time-delivery service .


ARTI LOGO LMI

Philosophy
Berani menjadi Pionir dalam pencetusan Program Kemanusiaan

Bentuk Logo
Garis lengkung bebas berwarna hijau tua diatas tulisan LMI menggambarkan bahwa LMI sebuah lembaga kemanusiaan yang dinamis. Fontologi/ bentuk huruf LMI berwarna hitam yang lentur menggambarkan kematangan serta dapat diandalkan.

Warna Logo
Garis bebas berwarna hijau tua dan oranye menggambarkan semangat yang terpancar dari organisasi sedangkan garis hijau muda di sisi paling atas menggambarkan program-program LMI yang selalu "up to date".

Tagline
"Care to Share" dalam bahasa Indonesia berarti kepedulian untuk berbagi dan hal tersebut mempertegas posisi LMI sebagai lembaga kemanusiaan yang lebih peduli.

sumber"lmi-amilzakat.com"